Minggu, 02 Januari 2011

Diposting oleh Lunaticdipa di 12.24 0 komentar
KELAINAN RETROGESIF

Setiap sel melaksanakan kebutuhan fisiologik yang normal yang disebut Homeostasis normal.  Sel memiliki fungsi dan struktur yang terbatas, dalam metabolisme, difrensiasi, dan fungsi lainnya karena pengaruh dari sel-sel sekitarnya dan tersedianya bahan-bahan dasar metabolisme.
Sel mendapatkan stimulus yang patologik , fisiologik dan morphologic. Bila stimulus patologik diperbesar hingga melampaui adaptasi sel maka timbul jejas sel atau sel yang sakit (cell injury) yang biasanya bersifat sementara (reversible). Namun jika stimulus tetap atau bertambah besar , sel akan mengalami jejas yang menetap (irreversible) yaitu sel yang mati atau nekrosis. Perubahan-perubahan tersebut hanya mencerminkan adanya “cedera-cedera biomolekuler”, yang telah berjalan lama dan baru kemudian dapat dilihat. Adaptasi, jejas dan nekrosis dianggap sebagai suatu tahap gangguan progresif dari fungsi dan struktur normal suatu sel. Kelainan retrogesif (regresif) adalah merupakan suatu proses kemunduran.
Yang termasuk kelainan retrogesif (regresif) :
1.      1. Atropi
2.      2. Degenerasi dan Infiltrasi
3.      3. Gangguan Metabolisme
4.     4.  Kematian sel ; Nekrosis
5.      5. Apoptropi
6.      6. postmortal
7.     7.  Penimbunan pigment
8.     8.  Melanin
9.     9. Mineral
10.  10. Defisiensi

1.      Atropi
Atropi adalah perubahan ukuran sel dari normal menjadi lebih kecil akibat berkurangnya substansi sel sehingga jaringan yang disusun oleh sel tersebut menjadi lebih kecil. Mengecilnya alat tubuh tersebut karena sel-sel yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut mengecil. Jadi bukan mengenai sei-sel jaringan ikat atau stroma alat tubuh tersebut. Stroma tampaknya bertambah yang sebenarnya relative karena stroma tetap.
Atropi dibedakan menjadi :
a.      Atropi fisiologik
Atropi fisiologik adalah atropi yang merupakan proses normal pada manusia. Beberapa alat tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa perkembangan kehidupan, dan jika alat tubuh tersebut tidak menghilang pada usia tertentu malah dianggap patologik. Contoh : kelenjar thymus, ductus thyroglosus.  Misalnya pada atropi senilis, organ tubuh pada usia lanjut akan mengalami pengecilan. Atropi senilis juga dapat disebut atropi menyeluruh(general) karena terjadi pada seluruh organ tubuh. Atropi menyeluruh juga terjadi pada keadaan  kelaparan (Starvation).
Penyebab atropi senilis adalah :
1. Involusi akibat menghilangnya rangsang tumbuh (growth stimuli),
2. berkurangnya perbekalan darah akibat arteriosklerosis
3.berkurangnya rangsang endokrin
Vaskularisasi berkurang karena arteriosklerosis akan menyebabkan kemunduran pada otak sehingga menimbulkan kemunduran kejiwaan yang disebut demensia senilis. Begitu pula rangsang endokrin yang berkurang pada masa menopause menyebabkan payudara menjadi kecil, ovarium dan uterus menjadi tipis dan keriput.
Starvation atropi terjadi bila tubuh tidak mendapat makanan untuk waktu yang lama misainya pada yang tidak mendapatkan asupan makanan seperti orang terdampar dilaut, padang pasir, atau pada orang yang mengalami gangguan saluran pencernaan seperti pada striktura oesofagus. Karena itu alat-alat tubuh tidak mendapat makanan cukup dan mengecil.
b. Atropi patologik
Atropi patologik dapat dibagi beberapa kelompok :
1.   Atropi disuse adalah atropi yang terjadi pada organ yang tidak beraktifitas dalam jangka waktu lama.
2.   Atropi desakan terjadi pada suatu organ tubuh yang terdesak dalam waktu lama.
3.   Atropi endokrin terjadi pada organ tubuh yang aktivitasnya tergantung pada rangsang hormon tertentu.
4.   Atropi vaskuler terjadi pada organ yang mengalami penurunan aliran darah hingga dibawah nilai krisis.
5.   Atropi payah (exhaustion atrophy) terjadi karena kelenjar endokrin yang terus menghasilkan hormone yang berlebihan akan mengalami atropi payah.
6.   Atropi serosa dari lemak terjadi pada malnutrisi berat atau pada kakheksia. Jaringan lemak yang mengalami atropi akan menjadi encer seperti air atau lender.
7.   Atropi coklat juga memiliki hubungan dengan malnutrisi berat atau kakheksia dan organ yang mengalami atropi adalah jantung dan hati.

2.      Degenerasi dan Infiltrasi
Degenerasi Ialah perubahan-perubahan morfologik akibat jejas-jejas yang nonfatal. Perubahan perubahan tersebut masih dapat pulih (reversible). Meskipun sebab yang menimbulkan perubahan tersebut sama, tetapi apabila berjalan lama dan derajatnya berlebih akhirnya mengakibatkan kematian sel atau yang disebut nekrosis. Jadi sebenarnya jejas sel (cellular injury) dan kematian sel merupakan kerusakan sel yang berbeda dalam derajat kerusakannya.Pada jejas sel yang berbentu degenerasi masih dapat pulih, sedangkan pada nekrosis tidak dapat pulih (irreversible).
Infiltrasi terjadi akibat gangguan yang sifatnya sitemik dan kemudian mengenai sel-sel yang semula sehat akibat adanya metabolit –metabolit yang menumpuk dalam jumlah berlebihan. Karena itu perubahan yang awal adalah ditemukannya metabolit-metabolit didalam sel. Benda-benda ini kemudian merusak struktur sel.
Jadi degenerasi terjadi akibat jejas sel, kemudian baru timbul perubahan metabolisme, sedangkan infiltrasi mencerminkan adanya perubahan metabolisme yang diikuti oleh jejas seluler. Degenerasi dan infiltrasi dapat terjadi akibat gangguan yang bersifat biokomiawi atau biomolekuler. Sebagai contoh degenerasi dapat terjadi akibat anoxia. Infiltrasi dapat terjadi akibat penumpuka glikogen didalam sel, karena itu disebut infiltrasi glikogen.

3.      Gangguan Metabolisme
Memang setiap sel selalu terancam mengalami kerusakan, tetapi sel hidup mempunyai kemampuan untuk coba menanggulanginya. Jejas ini kemudian mengakibatkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak pada sel. Gangguan  metabolisme  intraseluler ini akhirnya mengakibatkan perubahan pada struktur sel.

4.      Nekrosis
Akibat jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel. (celluler death). Celluler death dapat mengenai seluruh tubuh (somatic death) atau kematian umum dan dapat pula setempat. Terbatas mengenai suatu daerah jaringan teratas atau hanya pada sel-sel tertentu saja. Perubahan Morfologi yang terjadi pada kematian sel dalam jaringan pada tubuh yang hidup disebut nekrosis.
Sel yang diawetkan dalam larutan fiksatif(contoh formalin) adalah sel mati tapi tidak mengalami nekrosis sebab sel tersebut tidak menunjukkan perubahan morfologi sel. 
Dua proses yang menyebabkan perubahan pada nekrosis adalah :
1.      akibat dari pencernaan oleh enzim yang ada dalam sel
2.      denaturasi protein.
Enzim katalitik berasal dari lisosom sel itu sendiri yang mati, kemudian mencerna selnya sendiri, proses ini disebut autolysis. Selain autolysis dapat juga terjadi heterolysis, yaitu sel yang mati dicerna oleh enzim yang berasal dari lisosom sel leukosit yang datang kedaerah nekrotik. Proses morfologi nekrosis tergantung dari peristiwa mana yang lebih berpengaruh pada nekrosis tersebut apakah pencernaan oleh enzim atau denaturasi protein. Jika denaturasi protein lebih berpengaruh pada proses nekrosis, terjadilah proses nekrosis yang disebut nekrosis koagulativa. Namun sebaliknya, bila pencernaan oleh enzim katalitik pada struktur sel lebih berpengaruh disebut nekrosis liquefaktif atau nekrosis kolikuativa. 
Massa yang terdiri dari sel-sel nekrotik akan menunjukkan gambaran morfologi antara lain :
1.Nekrosis  Koagulativa , banyak ditemukan, protein sel koagulasi , bentuk sel /susunan jaringan masih terlihat (nekrosis struktural)
Bila tidak terlihat  à nekrosis tanpa struktur  o.k  dicerna enzim  (nekrosis koliquativa pada tuberkulosis)    Awal konsistensi normal / kenyal à lunak  
2. Nekrosis Koliquativa, jaringan tanpa stroma kuat, (misal: otak)  à mencair  à   kista
3. Nekrosis Lemak, trauma jaringan lemak, enzim lipase     
4. Nekrosis Gangrenosa, dimulai: nekrosis iskemik àkuman à gangren basah/kering 
5. Nekrosis Fibrinoid, hipertensi maligna à nekrosis lapisan muscularis à timbunan    fibrin
Nekrosis dapat disebabkan oleh :
1.      Ishkemi : perbekalan (supply) oksigen dan makanan untuk suatu alat terputus.
2.      Agens biologik : Toksin bakteri yang dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dan thrombosis.
3.      Agens Kimia : dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia yang biasa terdapat dalam tubuh , seperti natrium dan glucose, tapi kalau konsentrasinya tinggi dapat mengakibatkan nekrosis akibat gangguan osmotik sel. Produk-produk metabolisme tubuh sendiri dapat bertindak sebagai racun, yang disebut autointoksikasi, misalnya pada wanita hamil dengan keracunan kehamilan (toxemia gravidarum), pada payah ginjal dapat menyebabkan uremi. Gas chloroform tidak merusak paru-paru tetapi setelah diserap dapat merusak hati.
4.      Agen fisik : Trauma, suhu yang sangat ekstrim baik panas atau dingin, tenaga listrik, cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena timbul kerusakan protoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul kekacauan tata kimia protoplasma dan inti.
5.      Kerentanan (Ihypersensitivity) : kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara didapat(accuired) dan menimbulkan reaksi imunologik.

5.      Apoptosis
Apoptosis dan nekrosis sama-sama merupakan proses kematian sel . Apoptosis adalah kematian sel per sel , sedangkan nekrosis melibatkan sekelompok sel. Membran sel yang mengalami apoptosis akan mengalami penonjolan-penonjolan keluar tanpa disertai hilangnya integritas membran. Sedangkan pada nekrosis akan mengalami kehilangnya integritas membran. Sel yang mengalami apoptosis akan menciut dan membentuk badan apoptosis. Pada nekrosis sel akan membengkak (proses peradangan) untuk kemudian mengalami lisis. Sel aportosis lisosomnya utuh  pada nekrosis mengalami kebocoran lisosom. Sel yang mengalami apoptosis biasanya akan dimakan oleh sel yang berdekatan atau yang berbatasan langsung dengannya dan beberapa makrofag. Nekrosis akan dimakan oleh makrofag. Secara biokimia apoptosis terjadi sebagai respon dari dalam sel yang mungkin merupakan proses fisiologis sedangkan nekrosis terjadi karena trauma nonfisiologis.

6.      Postmortal
Kematian bukanlah akhir dari proses dalam tubuh yang mengalami kematian.Tubuh akan terus mengalami perubahan. Perubahan ini dipengaruhi oleh :
1.      Suhu lingkungan sekitarnya
2.      Suhu tubuh saat terjadi kematian
3.      Ada tidaknya infeksi umum
Serangkaian perubahan yang terjadi setelah kematian tubuh antara lain :
a.      Autolisis ; jaringan yang mati dihancurkan oleh enzim-enzim antara lain enzim dari lisosom, mikroorganisme yang mengifeksi jaringan mati. Tubuh yang mati akan mencair, kecuali jika dicegah dengan pengawetan atau pendinginan.
b.      Algor Mortis ; suhu tubuh menjadi dingin sesuai suhu lingkungan memerlukan waktu 24 s/d 48 jam untuk menjadi dingin sesuai suhu lingkungan. Suhu tubuh menjadi dingin karena proses metabolisme terhenti. Jika ditempat yang dingin maka akan lebih cepat dingin, tetapi jika ditempat yang panas akan lebih lambat.
c.       Rigor Mortis (kaku mayat); timbul setelah 2 s/d 4 jam setelah kematian. Mencapai puncak setelah 48 jam dan kemudian menghilang selama 3 sampai 4 hari.
d.      Livor Mortis (lebam mayat) ; Nampak setelah 30 menit kematian dan mencapai puncaknya setelah 6 hingga 10 jam.Lebam mayat timbul pada bagian bawah tubuh.
e.       Pembekuan Darah postmortal ; beku darah post mortal berkonsistensi lunak, elastic dan seperti gel, berbeda dengan thrombus yang konsistensinya keras dan kering.
f.        Jejas postmortal ; enzim dalam tubuh masih aktif untuk beberapa waktu setelah kematian. Jejas postmortal tidak dijumpai reaksi radang pada jejas, sedangkan pada lesi antemortal Nampak reaksi radang.
g.      Pembusukan ; hancurnya tubuh yang mati karena invasi bakteri. Kulit menjadi kehijauan setelah 1 sampai 2 minggu.

7.      Penimbunan pigmen
Pigment adalah substansi berwarna yang dapat merupakan bahan normal dalam sel. Pigmen yang ada dalam tubuh dapat berasal dari endogen yang disintesa dalam tubuh, dan eksogen berasal dari luar tubuh.
1. Pigmen eksogen dari luar tubuh misal :
1. debu carbon
2. perak, masuk kedalam tubuh sebagai obat-obatan
3. tanda rajah (tattoo)
2. Pigmen endogen
Hampir seluruhnya berasal dari peruntuhan haemoglobin, meliputi  :
1.      Hemosiderin  ; adalah pigmen yang berbentuk granular atau kristal dan berwarna kuning keemasan hingga coklat dan banyak mengandung zat besi didalam sel (intraselular). Haemosiderin dibentuk dalam 24 jam.
2.      Hematoidin ; pigmen bentuk Kristal berwarna coklat keemasan, tidak mengandung zat besi dan identik dengan bilirubin. Hematoidin merupakan pigmen ekstraselular. Haemotoidin dibentuk dalam 7 hari.
3.      Bilirubin ; pigmen normal yang dijumpai pada empedu, berasal dari haemoglobin tetapi tidak mengandung besi. Jika konsentrasi pigmen  dalam sel dan jaringan meningkat, terjadi pigmentasi warna kuning yang disebut ikterus. Meskipun didistribusikan keseluruh tubuh namun jumlah terbanyak ditemukan dalam hati dengan produksi normal 0,2 – 0,3 gram, berasal dari penghancuran sel eritrosit yang sudah tua oleh proses fagosif mononuclear di limpa, hati dan sumsum tulang.

8.      Melanin
Melanin merupakan pigmen endogen yang berwarna coklat-hitam dan dapat dijumpai pada rambut, kulit, iris mata dan lain-lain.
Pigmen melanin berasal dari yang oleh enzim tirosin oksidase diubah menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin (DOPA), selanjutnya DOPA oleh enzim DOPA oksidase diubah menjadi melanin. Untuk kerja dari enzim tirosin oksidase dan  enzim DOPA oksidase diperlukan tirosinase (Cu).
Beberapa hal yang dapat mengurangi pengurangan pigmen melanin  :
1.      Faktor yang menghalangi kualitas enzim tirosinase.
2.      Defisiensi tembaga (Cu)
3.      Zat yang mengandung belerang seperti glutation dan sistein.
Substansi yang mengandung belerang akan mengikat tembaga yang diperlukan untuk pembentukan melanin. Meningkatnya suhu dan sinar ultraviolet menyebabkan hyperpigmentasi.
Kegunaan pigmen melanin adalah melindungi tubuh dari sinar. Hal ini didukung oleh tingginya karsinoma kulit pada kulit putih disbanding kulit hitam. Berikut kelainan yang terjadi pada melanin :
v  hiperpigmentasi menyeluruh,  misal chloasma gravidarum,  ACTH >> à penyakit    Addison
v  hiperpigmentasi lokal, misal bercak tanpa penambahan melanosit (ephelides), neurofibromatosis
v  hipopigmentasi menyeluruh pada albino
v  hipopigmentasi lokal, misal vitiligo, bekas luka

9.      Mineral
Selain zat karbon, hydrogen, nitrogen dan oksigen yang merupakan bagian terpenting dalam jaringan pada tubuh terdapat 13 macam unsur lain yang juga sangat penting dalam kehidupan manusia, 7 diantaranya terdapat dalam jumlah banyak yaitu kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium, chlor, dan sulfur. Sedangkan 6 lainnya merupakan ‘trace elements” tetapi vital yaitu besi, tembaga, mangan, yodium, kobal (Co), dan seng (Zn). Dalam makanan sehari-hari sudah cukup, tetapi pengeluaran berlebihan (muntah, diare) atau gangguan penyerapan dapat menimbulkan defisiensi.
Sebaliknya jumlah yang berlebihan dalam makanan atau gangguan ekskresi, menimbulkan penimbunan yang berlebihan pada jaringan atau cairan tubuh dan dapat menyebabkan gangguan metabolik, susunan kimiawi dan gejala klinik yang nyata.

10.  Defisiensi
Ketidak seimbangan nutrisi merupakan penyebab utama jejas sel antara lain defisiensi protein, vitamin dan mineral. Jumlah lipid yang berlebihan merupakan faktor pendukung terjadinya arteriosklerosis yang dapat menyebabkan sel/jaringan mengalami defisiensi oksigen dan makanan. Jejas yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi antara lain Starvation, marasmus, kwashiorkor atau yang lebih dikenal gangguan nutrisi.
 

Moody !!! Copyright © 2010 Edited by Aa' Eric Blogger Template Sponsored by Aa' Eric's House